Bareksa.com - Bareksa Barometer kembali ramai pendatang baru di akhir pekan I dan jelang pekan II Desember 2023. Tercatat ada enam reksadana new comer yang merata di semua jenis reksadana unggulan. Bahkan dalam daftar reksadana indeks unggulan yang sebelumnya mencatat Barometer Point tertinggi hanya 3,5, kini meningkat jadi 4. Hal itu seiring kembali bergairahnya pasar saham Tanah Air dalam beberapa waktu terakhir.
Sepekan terakhir, periode 4-8 Desember 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,41% menembus 7.159,59 pada Jumat (8/12). Kenaikan IHSG ditopang spekulasi pasar bahwa suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) akan tetap pada rapat Desember ini. Bahkan pasar meyakini suku bunga AS sudah mencapai puncaknya dan akan mulai dipangkas 0,25% pada Maret 2024. Sepanjang tahun depan, pasar memprediksi bunga acuan The Fed akan dipangkas 1,25% dari level saat ini 5,25-5,5%.
Sumringahnya pasar saham mendorong kinerja reksadana berbasis saham seperti reksadana saham dan reksadana indeks. Dalam top 5 reksadana indeks unggulan, tercatat Bareksa Barometer kedatangan 2 pendatang baru pekan ini yakni Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A dan AVRIST IDX30 yang masing-masing menempati posisi 3 dan 4. Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A pekan ini meraih Barometer Point 4 dengan imbal hasil 13,56% dalam 3 tahun terakhir dan Avrist IDX30 mencatat Barometer Point 3,5.
TRIM Kapital jadi pendatang baru dalam daftar reksadana saham unggulan di peringkat 4 dengan skor Barometer Point 4 dan imbal hasil 28,03% dalam 3 tahun. Kemudian, Sucorinvest Sharia Sukuk Fund jadi pendatang baru di daftar reksadana pendapatan tetap unggulan Bareksa Barometer dengan skor Barometer Point 4 dan imbal hasilnya 4,22% setahun.
Avrist Ada Kas Mutiara jadi pendatang baru dalam daftar reksadana pasar unggulan di posisi 4 dengan Barometer Point 4, serta cuannya 4,54% setahun. Terakhir, Schroder Dana Kombinasi jadi pendatang baru dalam daftar reksadana campuran unggulan di posisi 4 dengan skor Barometer Point 3,5.
Skor Barometer Point tertinggi mencapai 5 dipegang oleh Capital Money Market Fund dan Mega Dana Kas yang masing menempati posisi 1 dan 2 dalam daftar reksadana pasar unggulan, dengan imbal hasil 5,32% dan 4,82% setahun. Pemimpin dalam daftar reksadana saham unggulan diisi TRIM Kapital Plus dengan Barometer Point 4,5 dan cuan 30,79% dalam 3 tahun.
Avrist Indeks LQ45 berada di puncak daftar reksadana indeks unggulan dengan skor Barometer Point 4. Bahana Mes Syariah Fund Kelas G di posisi pertama daftar reksadana pendapatan tetap unggulan dengan Barometer Point 4, serta Manulife Dana Campuran II memimpin daftar reksadana campuran unggulan dengan skor Barometer Point 4,5.
Selengkapnya berikut daftar unggulan Bareksa Barometer di setiap jenis reksadana pekan ini:
Top 5 Reksadana Saham Unggulan Bareksa Barometer
Reksadana Saham | Manajer Investasi | AUM Oktober 2023 | Barometer Point | Imbal hasil 3 tahun |
TRIM Kapital Plus | Trimegah Asset Management | Rp270,96 miliar | 4,5 | 30,79% |
Syailendra Equity Opportunity Fund Kelas A | Syailendra Capital | Rp312,69 miliar | 4,5 | 5,16% |
BNP Paribas Ekuitas | BNP Paribas Asset Management | Rp1,08 triliun | 4 | 7,72% |
TRIM Kapital | Trimegah Asset Management | Rp458,39 miliar | 4 | 28,03% |
Batavia Dana Saham Optimal | Batavia Prosperindo Aset Manajemen | Rp521,26 miliar | 4 | 14,02% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, kinerja per 7/12/2023
Investasi Trim Kapital Plus di Sini
Investasi TRIM Kapital di Sini
Investasi BNP Paribas Ekuitas di Sini
Top 5 Reksadana Indeks Unggulan Bareksa Barometer
Reksadana Indeks | Manajer Investasi | AUM Oktober 2023 | Barometer Point | Imbal Hasil 3 tahun |
Avrist Indeks LQ45 | Avrist Asset Management | Rp555,08 miliar | 4 | 7,05% |
BNP Paribas IDX Growth30 | BNP Paribas Asset Management | Rp168,46 miliar | 4 | |
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A | Syailendra Capital | Rp885,33 miliar | 4 | 13,56% |
AVRIST IDX30 | Avrist Asset Management | Rp170,67 miliar | 3,5 | 2,88% |
Allianz SRI KEHATI Index Fund | Allianz Global Investors Asset Management Indonesia | Rp247,16 miliar | 3,5 | 16,48% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, kinerja per 7/12/2023
Investasi Avrist Indeks LQ45 di Sini
Investasi Avrist IDX30 di Sini
Investasi Syailendra MSCI Indonesia Value di Sini
Investasi Allianz Sri Kehati di Sini
Investasi BNP Paribas IDX Growth30 di Sini
Top 5 Reksadana Pendapatan Tetap Unggulan Bareksa Barometer
Reksadana Pendapatan Tetap | Manajer Investasi | AUM Oktober 2023 | Barometer Point | Imbal Hasil 1 tahun |
Bahana Mes Syariah Fund Kelas G | Bahana TCW Investment Management | Rp599,53 miliar | 4 | 5,01% |
Capital Fixed Income Fund | Capital Asset Management | Rp360,19 miliar | 4 | 7,56% |
Mandiri Investa Dana Syariah | Mandiri Manajemen Investasi | Rp109,63 miliar | 4 | 3,81% |
Sucorinvest Sharia Sukuk Fund | Sucorinvest Asset Management | Rp2,48 triliun | 4 | 4,22% |
Trimegah Dana Tetap Syariah | Trimegah Asset Management | Rp114,43 miliar | 3,5 | 5,55% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, kinerja per 7/12/2023
Investasi Capital Fixed Income di Sini
Investasi Sucorinvest Sharia Sukuk di Sini
Investasi Trimegah Dana Tetap Syariah di Sini
Top 5 Reksadana Pasar Uang Unggulan Bareksa Barometer
Reksadana Pasar Uang | Manajer Investasi | AUM Oktober 2023 | Barometer Point | Imbal Hasil 1 Tahun |
Capital Money Market Fund | Capital Asset Management | Rp607,81 miliar | 5 | 5,32% |
Mega Dana Kas | Mega Asset Management | Rp373,33 miliar | 5 | 4,82% |
Setiabudi Dana Pasar Uang | Setiabudi Investment Management | Rp753,78 miliar | 4,5 | 4,66% |
Shinhan Money Market Fund | Shinhan Asset Management Indonesia | Rp427,01 miliar | 4,5 | 4,92% |
Avrist Ada Kas Mutiara | Avrist Asset Management | Rp113,69 miliar | 4 | 4,54% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, kinerja per 7/12/2023
Investasi Capital Money Market di Sini
Investasi Shinhan Money Market Fund di Sini
Top 5 Reksadana Campuran Unggulan Bareksa Barometer
Reksadana Campuran | Manajer Investasi | AUM Oktober 2023 | Barometer Point | Imbal Hasil 3 Tahun |
Manulife Dana Campuran II | Manulife Aset Manajemen Indonesia | Rp128,86 miliar | 4,5 | 3,73% |
TRAM Alpha | Trimegah Asset Management | Rp108,21 miliar | 4,5 | 14,33% |
Schroder Syariah Balanced Fund | Schroder Investment Management Indonesia | Rp90,66 miliar | 4 | 5,12% |
Schroder Dana Kombinasi | Schroder Investment Management Indonesia | Rp577,76 miliar | 3,5 | 9,85% |
Schroder Dana Terpadu II | Schroder Investment Management Indonesia | Rp885,62 miliar | 3,5 | 12,35% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, kinerja per 7/12/2023
Investasi Schroder Syariah Balanced di Sini
Investasi Schroder Dana Kombinasi di Sini
Investasi Schroder Dana Terpadu II di Sini
Apa yang Baru dari Bareksa Barometer?
Bareksa Barometer yang biasa dijadikan acuan oleh investor dalam berinvestasi reksadana jadi makin paten, seiring pembaruan metodologinya. Dengan inovasi ini, investor jadi punya panduan lebih mantap guna mencapai target investasinya dalam meraih cuan. Menurut Tim Analis Bareksa, inovasi terbaru Bareksa Barometer ialah dari sisi penilaian kinerja reksadana berdasarkan jangka waktunya.
Jika sebelumnya jangka waktu yang dinilai hanya 4 periode yakni 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun dengan bobot masing-masing 25%, kini ditambah menjadi 5 periode yakni 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 1 tahun dengan bobot penilaian masing-masing 20%. Metode baru ini semakin meningkatkan kualitas penilaian Bareksa Barometer. Karena itu penilaian atas kinerja suatu produk reksadana jadi semakin maksimal dan handal.
Bobot Periode Kinerja Reksadana oleh Bareksa Barometer
Periode | 1 tahun | 9 bulan | 6 bulan | 3 bulan | 1 bulan |
---|---|---|---|---|---|
Bobot | 20% | 20% | 20% | 20% | 20% |
Sumber : Tim Analis Bareksa
Selain itu, dari sisi benchmark atau acuan atas kinerja produk reksadana, Bareksa Barometer kini hanya mengacu pada kinerja 8 Indeks Reksadana Bareksa. Sebelumnya, penilaian juga menyertakan indeks LQ45 untuk reksadana konvensional dan Jakarta Islamic Index (JII) untuk reksadana syariah.
Ini karena Bareksa Fund Index mengukur kinerja rata-rata seluruh produk reksadana yang ada di Indonesia dari per jenis reksadana, yakni reksadana saham, campuran, pendapatan tetap dan pasar uang.
Kini penilaian kinerja suatu produk reksadana saham konvensional akan mengacu pada Indeks Reksadana Saham Bareksa dan reksadana saham syariah akan dibandingkan dengan Indeks Reksadana Saham Syariah Bareksa.
Demikian juga penilaian kinerja produk reksadana pendapatan tetap konvensional akan mengacu pada Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Bareksa dan reksadana pendapatan tetap syariah mengacu pada Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Bareksa.
Sebelumnya, inovasi juga telah dilakukan Bareksa Barometer. Yakni Tim Analis Bareksa memaksimalkan penilaian Bareksa Barometer dari sisi momentum pergerakan pasar. Model ini dipilih karena Tim Analis Bareksa mempertimbangkan beberapa peristiwa penting yang sangat berdampak ke pasar modal.
Di antaranya beberapa kasus di industri pasar modal, pandemi Covid-19, hingga ancaman resesi global akibat kenaikan agresif suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS). Akibat beberapa peristiwa itu, pergerakan pasar saham dan obligasi menjadi sangat fluktuatif dan bergejolak, sehingga membuat investor ragu untuk berinvestasi ke aset yang lebih berisiko atau produk selain reksadana pasar uang.
Padahal, dengan strategi dan momentum yang tepat, dinamika pasar itu justru bisa dimanfaatkan untuk meraih cuan optimal. Karena itulah, Tim Analis Bareksa menyesuaikan model penilaian Bareksa Barometer guna menangkap peluang tersebut.
Meski begitu, penilaian dari sisi tata kelola yang baik (GCG) tidak mengalami perubahan dalam metode penilaian Bareksa Barometer.
(Romainah/Christian Halim/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.